Friday, January 25, 2013

Masa remaja

masa remajaMASA remaja memang masa yang menyenangkan, ada banyak hal yang dapat dilakukan pada masa ini. Semua macam kegiatan biasanya ingin dicoba oleh remaja. Hal ini terkait masanya memang mencari sesuatu yang menyenangkan baginya.

Sesuatu yang menyenangkan itu akan dilakukan demi apapun dan akan menjadi obsesinya ke depan. Itu sebabnya masa remaja disebut masa mencari jati diri. Karena memang pada masa inilah dengan segala keiinginannya ia akan mencari yang menjadi “aku” pada dirinya sendiri.

Namun, pada masa ini perlu diperhatikan bahwa tidak semua pencarian jati diri itu semuanya menuai kesuksesan. Ada banyak pula kegiatan yang tidak bermanfaat bagi remaja untuk hidupnya. Ada banyak kegiatan yang hanya akan membuatnya bersenang-senang sebentar dan menenggelamkan kehidupannya.

Gencarnya perkembangan informasi sekarang ini yang dapat di akses di mana membuat remaja dapat melihat dunia dan membuat impiannya tercapai kalau ia mampu memanfaatkan. Di pedesaan memang kini sudah mulai banyak media seperti internet. Internet yang bisa didapat dengan adanya warnet yang mulai menjamur di kabupaten memang memudahkan remaja menulusuri dunia. Namun, biaya yang harus ditebus untuk masuk ke warnet juga kadang membuat remaja berpikir untuk masuk ke dalamnya.

Untuk itu, mereka mencari media yang lain yang memudahkan mereka mencari yang mereka inginkan. Media tabloid dan bacaan adalah alternatifnya. Apalagi saat ini, hal yang menarik bagi remaja sekarang adalah artis-artis baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri ada di bacaan tersebut.

Bukan hanya mencari informasi idolanya, namun juga berlagak agak artisnya, seperti menyerupai penampilannya, dan meniru sifat, serta budayanya. Sayang sekali saat ini banyak sekali remaja meniru hal yang tidak baik dari artis-artis idolanya.

Gambar artis
Saya sempat kaget saat membuka salah satu tabloid remaja yang cukup terkenal, di dalamnya kebanyakan informasi-informasi artis terkini. Dan benarlah saya menemukan sebuah gambar artis luar negeri yang pakaiannya kurang dari cukup. Berlebihan dan kelewatan.

Apakah tidak ada foto lain? Atau mengapa tidak di-crop saja bagian yang tidak senonoh itu? Pakaiannya memang lebih dari kurang, persis seperti baju renang. Bukankah saat Miss Indonesia beberapa tahun silam yang mengikuti kontes di luar negeri diperselisihkan oleh para ulama terkaitnya penampilan dalam kontes itu memakai baju renang?

Oh, lihatlah para ulama, saat inipun di tabloid remaja, media yang begitu familiar sampai ke pedesaan sudah kurang bermanfaat. Lihatlah para pemimpin calon-calon pemimpin bangsa kini tak lagi jernih matanya seperti kekeruhan mata para pejabat yang kini asyik bermain umpet-umpetan uang negera. Lihatlah orang tua kini anak-anak kebanggaan telah tidak sama dengan masa kecilnya.

Sebenarnya ada badan pemerintahan tertentu yang bertanggung jawab akan hal ini. Penyeleksian tabloid biasanya dilakukan, tapi tidak tahu sekarang, apakah masih ada penyeleksian dan sensor pada buku bacaan? Apalagi dengan isi bacaan dari tabloid/majalah remaja yang kini lebih banyak informasi artisnya ketimbang informasi keremajaan yang berguna bagi remaja.

Tabloid-tabloid itu khususnya di desaku, Tulaan, kecamatan Gunung Meriah adalah media yang acap kali dikonsumsi remaja. Begitu banyak fans berat dari artis di luar dan dalam negeri di sini. Terlebih fans-nya dance-dance dari Korea itu.

Benar memang sebuah ungkapan, kamu adalah apa yang kamu baca. Maksudnya adalah sebuah tindakan yang kita lakukan tak jauh-jauh dengan apa yang kita baca. Bila kita membaca bacaan yang bermanfaat maka kemungkinan sikap kita akan menjadi positif. Begitu juga bila kita membaca bacaan yang tidak bermanfaat maka sikap kita pun akan negatif. Contoh-contohnya dapat terlihat langsung di masyarakat Aceh.

Belum lama ini, misalnya, seorang remaja memasuki sebuah toko untuk membeli tabloid/majalah remaja. Dipilihnyalah sebuah majalah remaja yang berwarna-warni cover-nya. Pakaian remaja itu hampir sama dengan pakaian artis di dalam majalah. Memakai baju tidur ke luar rumah masih bisa lumrah di masyarakat kita, tapi yang terlihat saat ini adalah memakai celana pendek yang kurang dari lutut. Tak perlu jauh-jauh, untuk tingkat memakai kerudung saja masyarakat kini sudah banyak yang meninggalkannya.

Begitulah perkembangan remaja saat ini di pedesaan. Cukup mengiris hati. Para orang tua, masyarakat, dan pemimpin sepatutnya membuka mata terkait hal ini. Apalagi kita di Aceh punya aturan mengenai pakaian ini ada tertulis dalam Qanun pasal 13. Pada ayat satu berbunyi, setiap orang Islam wajib berbusana Islami.

Jelas dari ayat tersebut menyatakan bahwa masyarakat harus memakai pakaian yang biasa tampak dan seperti aturan dalam Islam. Apalagi sekarang banyak macam pakaian muslim yang layak dipakai. Ayat kedua, pimpinan instansi pemerintah, lembaga pendidikan, badan usaha, dan atau institusi masyarakat wajib membudayakan busana Islami di lingkungannya.

Mencermati ayat ini tampaknya inilah yang mulai memudar di masyarakat kita. Jika sudah memakai pakaian Islami enggan menegur orang-orang yang di sekitarnya yang belum memakai pakaian yang demikian. Padahal sebenarnya setiap manusia punya sifat saling membantu, saling menasihati, terlebih bagi anak sendiri, keluarga sendiri.

Harus dicegah
Oleh sebab itulah mulai sekarang harus dicegah sebelum semakin parah. Sebaiknya hal ini harus dimulai dari keluarga. Orang tua sebaiknya menyeleksi bacaan bagi anaknya, minimal mengetahui bacaan apa yang dibaca si anak. Kemudian setiap kita hendaknya saling membantu dan menyikapi jika melihat yang tidak wajar.

Sebenarnya masyarakat kita masih kental dengan keislaman, terlihat bahwa sejauh ini banyaknya kajian keislaman (pengajian) di tiap tempat. Namun, sayang sekali tak banyak masyarakat yang mau berbagi pada keluarganya ataupun melaksanakannya dan menjadi masyarakat itu sendiri gerah.

Selain itu, pemerintah harus tegas. Tanpa memberikan ketegasan dan arahan, sulit masyarakat kita mengerti. Arahan demi arahan harus disampaikan agar masyarakat tau apa manfaat dari aturan yang telah dibuat tersebut.

Kemudian, perlu adanya tim khusus untuk menyeleksi buku bacaan yang boleh masuk di Aceh juga penting. Dengan begitu, kita akan tahu mana bacaan yang bagus mana yang tidak. Mana yang layak dibaca mana yang tidak.

Selanjutnya, sebagai warga negara, siapa pun itu, baik pejabat, polisi, WH, ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain punya hak dan kewajiban menasihati sesama orang-orang di sekitarnya dan tak membiarkannya. Hal inilah yang perlu sekali kita kembalikan untuk Aceh yang bermartabat.

* Amalia Masturah, Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh/Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Aceh. Email: ayli_nasheza@yahoo.co.id

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 mandumna Seo Elite by BamZ - Template Blogger